Cerita Rakyat Kisah Legenda Ki Ageng Mangir

Ada sebuah cerita rakyat dari Yogyakarta yang mengisahkan Legenda Ki Ageng Mangir. Ini adalah salah satu kisah terbaik yang sering diceritakan. Cerita ini berkaitan dengan Kota Gede Mataram. Kisah selengkapnya bisa dilihat di bawah ini.

Kisah Legenda Ki Ageng Mangir

Dahulu, di desa Mangiran (Kademangan Mangiran), ada seorang tokoh Namanya Ki Ageng Mangir Wonoboyo. Tidak jauh dari sana, ada Panembahan Senopati, Raja besar yang berkuasa di Kota Gede Mataram. Dikisahkan, Panembahan Senopati telah melebarkan wilayah kekuasaan ke Jawa Timur & Jawa Barat. Tapi, kademangan yang tidak jauh dari wilayahnya justru menolak kebesaran Senopati sebagai Raja Mataram.

Ki Ageng Mangir menolak menyembah Panembahan Senopati karena desa Mangiran, sekarang menjadi kabupaten Bantul, waktu itu merupakan wilayah perdikan (tanah merdeka). Dikisahkan juga, Ki Ageng Mangir punya sebilah pisau sederhana mirip pisau dapur. Tapi, pisau itu mengandung kekuatan luar biasa.

Suatu hari, kepala pisau kesayangan Putri Bungsu dari Sang Raja pecah. Karena sedih, sang Putri memohon untuk dibuatkan kepala pisau baru kepada ayahnya.  Raja pun langsung memerintah ahli pahat & ahli ukir membuat kepala pisau. Sayangnya, tak ada yang berkenan di hati sang putri.

Di ujung kampung kerajaan, ada seorang pemuda miskin, si Maniki Namanya. Pekerjaanya menjual kayu bakar, menumbuk padi, dan menyiangi kebun. Ia hidup sebatang kara. Ia sangat rendah hati & jujur.

Suatu hari, si Maniki berjalan lewat istana. Raja yang melihatnya memerintahkan pengawal untuk menyuruh si Maniki singgah. Tanpa basa-basi, Raja memerintahkan si Maniki membuat kepala pisau dan si Maniki pun menyanggupinya. Singkat cerita, kepala pisau selesai dibuat.

Dikisahkan dalam cerita rakyat ini, Putri Bungsu sangat gembira melihat kepala pisau buatan si Maniki. Meski sederhana, justru benda tersebut memikat hati Putri Bungsu.

Sang Raja lalu memberi hadiah besar kepada si Maniki dan hadiah tersebut diterima dengan senang hati. Putri Bungsu selalu menyukai kepala pisau itu dan selalu membawanya ke mana-mana. Bahkan, kepala pisau itu juga dibawa tidur siang.

Setelah berbulan-bulan, ada keajaiban terjadi pada Putri Bungsu. Tiba-tiba, Putri Bungsu hamil tanpa nikah. Tentu hal ini membuat Raja malu karena tak percaya putri kesayangannya sudah melakukan perzinaan. Hampir semua orang di kerajaan membecinya, lebih-lebih keenam saudaranya. Putri Bungsu hanya bisa memohon pertolongan kepada Tuhan.

Singkat cerita, lahirlah anak yang sehat & tampan dari Sang Putri. Raja Aji dipaksa menerima kenyataan ini dengan tabah & mencari penyelesaian. Atas nasihat dukun, dikumpulkanlah semua laki-laki di negeri itu. Setelah berkumpul, masing-masing laki-laki diberi sebuah pisang masak. Berdasarkan penuturan dukun, jika ada lelaki yang memegang pisang itu terdapat ayah dari bayi yang dilahirkan Putri Bungsu, bayi tersebut akan merangkan datang padanya. Sayangnya, bayi tak mendatangi seorang pun.

Penyelidikan terus berlanjut. Ternyata, tinggal si Maniki yang belum datang. Segera ia dipanggil dan diberi pisang. Si bayi pun langsung merangkak menuju si Maniki & naik ke pangkuannya. Orang yang hadir pun tak menyangka kalau si Maniki merupakan ayah dari si bayi. Tak ada pilihan lain, Raja pun menyerahkan Putri Bungsi & anaknya ke si Maniki dan meninggalkan istana.

Singkat cerita, si Maniki bersahabat dengan burung bangau, kera, dan angin puyuh. Maniki pun mendapat emas & perak dan mempersembahkannya kepada Raja dan membuat istana emas & perak. Raja pun menikahkan Putri Bungsu dengan si Maniki. Akhirnya, si Maniki diangkat menjadi Raja yang membuat rakyatnya sejahtera.

Pesan Moral Kisah Legenda Ki Ageng Mangir

Pesan moral yang bisa diambil dari cerita rakyat ini adalah kejujuran & kebaikan akan memberi manfaat bagi pemiliknya. Ada amanat penting dari kisah ini, yaitu ketekunan dalam hidup bisa mengangkat derajat manusia.